Malam ini saya hampir menjadi “korban” waking-hypnosis, hipnosis dengan mata terbuka, yang dilakukan anak bungsu kami, I Siang, 6,5 tahun.
Anda pasti berpikir, “Ah, yang benar. Nggak salah nih? Masa pakar hipnosis/hipnoterapi bisa dikerjai anak kecil?”.
Benar. Saya hampir terkena hipnosisnya. Dan yang membuat kejadian ini luar biasa adalah I Siang benar-benar mampu mengarahkan perasaan dan pikiran saya dengan sangat halus, tanpa saya sadar bahwa saya sudah terkena waking-hypnosis.
Ceritanya begini. Tadi sore sekitar jam 18.00 saya dan istri ke TP 1. Kami pulang sekitar 20.30. Nah, saat di kamar, I Siang bertanya kepada saya, “Papa tadi ke mana?”
“Ke TP 1″, jawab saya
“Kok, lama sih. Papa tadi sudah makan?”
“Sudah”
“I Siang tadi nunggu papa. Mau makan sama-sama. Nggak tahunya papa sudah makan di luar. I Siang lapar, Pa. Belum makan malam.”
Wah, saya langsung merasa bersalah sekali. Perasaan bersalah ini berasal dari pikiran saya yang berkata, “Wah kasihan sekali si I Siang. Dia mau makan sama saya eh… saya malah makan di luar. Dan I Siang sudah menunggu lama.”
Saya benar-benar merasa bersalah. Dan karena ini sudah sekitar jam 21.00 saya langsung menawarkan, “I Siang minum susu saja ya?”
“Iya Pa. Tapi Papa yang buatkan ya”, jawab I Siang polos.
Hampir saja saya berdiri dari kursi dan membuatkan segelas susu hangat untuk I Siang sebagai penebus rasa bersalah saya.
Saya akhirnya sadar bahwa sedang “dikerjai” si I Siang karena saya melihat senyum “nakal”nya saat saya mau membuat susu. Dan saya langsung ingat bahwa tadi sore sekitar jam 18.00 I Siang sudah makan malam.
Ck..ck…ck…. lihai sekali anak yang satu ini.
Begitu berhasil menangkap trik nakal I Siang saya langsung berkata,”I Siang yang buat sendiri ya. Itu kaleng susu dan gelasnya. Gampang kan membuat susunya.”
Melihat triknya nggak berhasil, I Siang ganti haluan. Sekarang I Siang meminta mamanya yang membuatkannya susu.
Kali ini I Siang berhasil. Namun tidak pake trik. Memang biasanya kalau malam mamanya membuatkan susu hangat sebelum I Siang tidur.
Saya lalu menganalisis trik yang I Siang gunakan. Sungguh cerdik anak ini. Entah belajar dari mana. Saya sendiri nggak pernah mengajarkan teknik seperti yang I Siang gunakan.
Hebatnya lagi I Siang langsung menggugah emosi saya. Dan biasanya kalau emosi kita sudah terpengaruh maka logika nggak jalan.
Saya langsung teringat beberapa kejadian saat I Siang masih di TK B. Tugas yang seharusnya I Siang kerjakan sendiri di kelas, eh.. entah bagaimana caranya, sambil ia mengajak ngobrol gurunya, ternyata gurunya yang secara tidak sadar mengerjakan tugas itu. Gurunya baru sadar setelah mengerjakan hampir setengah dari tugas yang seharusnya I Siang kerjakan.
Saya akhirnya sadar bahwa seringkali anak lebih lihai menghipnosis orangtuanya daripada sebaliknya.
So…rekan-rekan… hati-hati ya sama anak kita.
Salam,
Adi W. Gunawan
The Re-Educator & Mind Navigator
www.adiwgunawan.com
No comments:
Post a Comment