Thursday, April 2, 2009

Chicken into Eagle

Oleh : Adi W. Gunawan

“The empires of the future are the empires of the mind”
~ Sir Winston Churchill

Hampir di semua buku saya, khususnya bila saya mengulas mengenai kunci sukses,saya selalu membahas mengenai konsep diri. Mengapa saya sangat menekankan pentingnya konsep diri? Konsep diri adalah operating system komputer mental kita. Konsep diri menentukan kinerja kita. Level konsep diri menentukan level prestasi hidup.

Konsep diri terdiri dari tiga komponen yaitu diri ideal (ideal self), citra diri (self image), dan harga diri (self esteem). Diri ideal adalah siapa diri kita di masa depan. Diri ideal adalah pribadi sukses kita. Orang yang kita ingin menjadi. Citra diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri saat ini. Ini adalah gambaran mental mengenai diri kita di masa sekarang. Sedangkan harga diri adalah perbandingan antara citra diri dan diri ideal. Bila harga diri kita rendah maka prestasi hidup kita pasti rendah. Demikian pula sebaliknya.

Mengapa saya kembali menulis mengenai topik ini? Ada satu kisah menarik yang bisa kita jadikan sebagai bahan pembelajaran. Ceritanya begini. Awal January 2007 lalu kami, saya dan hopeng saya Ariesandi, menyelenggarakan Supercamp Becoming a Money Magnet. Supercamp kali ini dihadiri oleh 31 peserta dari berbagai kota. Ada yang datang dari Jakarta, Balikpapan, Menado, Surabaya, Samarinda, dan kota lainnya. Kami menyelenggarakan SC dengan jumlah peserta yang sangat kami batasi bukan hanya untuk menjaga eksklusivitas SC namun juga untuk bisa memberikan hasil terbaik bagi peserta.

SC sarat dengan praktik dan bimbingan untuk bisa secara sadar masuk ke pikiran bawah sadar dan menemukan mental block yang menghambat keberhasilan. Proses ini, masuk ke pikiran bawah sadar, mengidentifikasi dan menghancurkan mental block, bukanlah sesuatu yang mudah. Proses ini sangat sulit dijalankan dengan baik bila peserta terlalu banyak, katakanlah sampai di atas 50 orang. Apalagi kalau sampai ratusan orang. Jelas tidak mungkin. Walaupun ada kawan yang meminta kami menyelenggarakan SC akbar dengan jumlah peserta sampai ratusan, kami tetap pada prinsip kami.

Ada banyak teknik yang kami gunakan untuk membantu peserta melakukan reprogramming pikiran bawah sadar. Di salah satu sesi untuk mengidentifikasi mental block ada tiga orang peserta yang mengalami inner conflict cukup serius yang tampak dari reaksi fisik mereka.

Satu peserta merasa pusing karena merasa ada blocking energi di daerah tengkuknya, satu lagi peserta wanita mengalami muntah, dan yang paling parah adalah yang mengalami kejang pada seluruh tubuh. Khusus untuk yang kejang, sebut saja Bram, kami memberikan penanganan khusus dan segera.

Saya yakin anda pasti merasa ”ngeri” saat membaca uraian saya. Namun ini sebenarnya sangat lumrah. Penanganannya juga sangat mudah. Tentu saja mudah bagi kami karena kami memang biasa melakukan terapi. Lalu, apa sih yang terjadi di pikiran bawah sadar Bram?

Bram bisa melihat dirinya di masa depan dengan sangat jelas. Bagaimana penampilannya, rupanya, tingkahnya, sikapnya, caranya berjalan, gaya hidupnya, rumah, mobil, dan apa saja yang ia idamkan, dapat ia lihat dengan jelas sekali. Untuk beberapa saat Bram ”hidup” di masa depan yang sangat indah. Masa depan yang ia impikan.

Namun ada satu bagian dari diri Bram yang menolak hal ini. Bagian ini merasa Bram tidak layak atau tidak mungkin bisa mencapai impiannya. Namun di satu sisi ada satu bagian lainnya, dari diri Bram, yang benar-benar menginginkan dan yakin bahwa Bram berhak dan layak untuk bisa mencapai apapun impiannya.

Di pikiran bawah sadar Bram terjadi pertentangan, pertempuran sengit, tarik ulur, saling mempengaruhi antara dua bagian yang akhirnya mempengaruhi kondisi fisiknya. Bram mengalami kejang. Penanganannya mudah. Hanya dalam waktu beberapa menit kami berhasil mengintegrasikan dua bagian yang konflik ini.

Wanita muda yang mengalami muntah kasusnya lain lagi. Ia tahu bahwa dalam dirinya ada konflik. Namun ia berusaha keras untuk menyangkal dan meyakinkan dirinya bahwa everything is ok. Setelah muntah mukanya pucat dan telapak tangannya dingin. Suaminya, yang juga ikut SC agak khawatir. Setelah sempat dialiri energi dan dilakukan pemijatan pada titik-titik energi tertentu di tubuhnya dengan cepat kondisinya kembali pulih seperti sedia kala.

Pembaca, kasus yang saya ceritakan di atas sebenarnya adalah kasus biasa yang sering terjadi di ruang praktik terapis. Bahkan ada yang lebih parah lagi. Kondisi luapan emosi ini istilah teknisnya abreaction. Untuk jelasnya anda bisa membaca buku saya Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring. Saya nggak promosi buku baru saya lho.

Mengapa bisa terjadi seperti itu? Dalam kondisi normal konflik internal ini tidak terlalu tampak. Yang tampak dipermukaan adalah pengaruh dari konflik ini dalam bentuk perilaku tertentu. Misalnya kebiasaan menunda pekerjaan, perasaan tidak enak saat menetapkan suatu target yang ingin dicapai, keinginan untuk mencapai suatu impian namun ada perasaan diri kurang berharga atau kurang layak untuk mencapai impian itu, atau apapun yang dirasakan dalam diri seseorang yang sifatnya ”nggak enak”.

Salah satu cara paling mudah untuk memeriksa apakah dalam diri kita ada konflik atau tidak adalah dengan memeriksa perasaan kita. Contohnya? Misalnya income anda sekarang Rp. 5 juta. Anda ingin mencapai income Rp. 20 juta. Anda bisa memvisualisasikan pencapaian itu dengan sangat jelas. Namun ada perasaan tidak enak di hati anda. Rasanya kok sulit. Nah, ini tandanya ada konflik. Kalo istilah orang NLP kondisi ini disebut dengan ”tidak kongruen”.

Contoh lain adalah bila kita memberikan target pembelajaran bagi anak. Anak kita misalnya nilai bahasa Inggrisnya hanya 60. Kita membantu anak menetapkan goal, katakanlah mencapai nilai 90. Walaupun anak mau mencapai target ini, anda sebaiknya menanyakan perasaan anak. Apakah ada yang mengganjal di hatinya? Apakah ada perasaan ”nggak enak”? Kalau ya, maka ini berarti ada penolakan di pikiran bawah sadarnya.

Yang terjadi sebenarnya adalah anak (citra diri) tidak bisa melihat dirinya mencapai nilai 90 (diri ideal). Karena anak ”yakin” sulit atau mustahil mencapai nilai 90 maka akibatnya harga diri anak akan mengalami goncangan.

Jika anda sulit memahami cara kerja self esteem atau harga diri, saya akan menggunakan analogi uang. Anggaplah harga diri kita sama dengan jumlah uang yang kita miliki. Kalau uang kita hanya Rp. 100.000 dan kita ingin membeli barang dengan harga Rp. 1.000.000 maka tidak peduli apapun yang kita lakukan, mau mengemis, mengancam, menangis, berdoa, berlutut memohon kemurahan hati penjual, atau apapun, dalam kondisi normal, kita tidak mungkin bisa mendapatkan barang itu. Lha, siapa yang mau rugi dengan menjual barang seharga Rp. 1 juta di harga Rp. 100.000?

Apapun kondisinya bila terjadi konflik antara pikiran sadar (keinginan mencapai nilai 90/income Rp. 20 juta) dan pikiran bawah sadar (citra diri; nilai sekarang 60/income sekarang Rp. 5 juta) maka yang selalu menang adalah pikiran bawah sadar. Teori pikiran mengatakan bahwa perbandingan kekuatan pikiran sadar dan bawah sadar adalah 1:9.

Bagaimana caranya agar target yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan mudah? Caranya sederhana walau tidak mudah melakukannya. Kita harus, dengan menggunakan intervensi terapeutik tertentu, meningkatkan citra diri sehingga mendekati atau kalau bisa sama dengan diri ideal kita.

Satu hal yang sungguh menggembirakan kami adalah Bram mengatakan bahwa ia telah mengalami peningkatan diri yang luar biasa setelah proses integrasi yang ia alami. Apa pengaruhnya pada diri Bram?

Wah, sangat banyak. Kawan-kawannya mengatakan bahwa sejak saat itu Bram menjadi jauh lebih percaya diri, lebih ramah, lebih aktif dalam komunikasi, lebih bahagia dan tenang, lebih berani, dan masih banyak hal positif lainnya. Mereka yang telah mengenal Bram sekian tahun hanya bisa bengong melihat perubahan yang terjadi pada Bram.

Jujur, kami sendiri kaget dan terpesona dengan perubahan pada diri Bram. Kami tahu bahwa perubahan positif ini pasti terjadi. Namun kami kembali terpesona oleh kekuatan pikiran dan pengaruhnya terhadap hidup manusia.

Pikiran adalah kunci untuk perubahan. Pikiran adalah kunci untuk mengubah seekor anak ayam menjadi seorang elang perkasa yang mampu terbang tinggi menjelajahi angkasa raya.

Saya teringat kata bijak guru spiritual yang menyatakan bahwa ”Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk” dan ”As a man thinketh in his heart so is he”.

No comments:

Post a Comment