Saya baru-baru ini mendapat email dari seorang pembaca buku yang juga telah mendengarkan CD Audio Ultra Depth Relaxation. Pendengar ini bertanya, “Pak Adi, saat saya mengikuti bimbingan Bapak di CD, saya masuk ke dalam kondisi relaksasi yang begitu dalam. Jauh lebih dalam dari yang pernah saya capai sebelumnya. Belum pernah saya merasa begitu tenang dan damai. Namun saat sedang menikmati suasana yang luar biasa itu saya merasa bahwa sebenarnya saya masih bisa turun lebih dalam lagi. Pak, apakah ada dasar atau level terdalam yang bila seseorang telah mencapainya maka ia sudah tidak bisa turun lagi?”
Pembaca, sebenarnya ada banyak level relaksasi yang bisa kita capai. Relaksasi ada 2 macam yaitu relaksasi fisik dan relaksasi mental. Pada umumnya kita berpikir bahwa saat kita mengalami relaksasi fisik maka hal ini sama dengan kondisi trance. Pemahaman ini sama sekali tidak tepat.
Saya pun dulunya berpikir seperti ini. Dulu saat saya berhasil membawa seseorang masuk ke dalam kondisi relaksasi (fisik) yang sangat dalam, dengan menggunakan induksi progressive relaxation, saya “yakin” klien ini telah masuk kondisi deep trance.
Namun apa yang terjadi? Dari pengalaman praktik saya mulai meragukan korelasi antara relaksasi fisik dan kedalaman trance saat saya menemukan bahwa hasil terapi saya kadang efektif, kadang bahkan sama sekali tidak ada hasilnya. Apa yang salah?
Saya selanjutnya berusaha menemukan apa yang salah dengan terapi yang saya lakukan. Akhirnya setelah mencari ke sana ke mari, membaca lebih banyak literatur, saya mendapat pencerahan. Ternyata relaksasi fisik tidak sama dengan kondisi trance. Seseorang bisa saja begitu rileks fisiknya namun ternyata belum masuk kondisi hipnosis atau trance yang dalam.
Hal ini diperkuat dengan definisi hipnosis yang dikeluarkan oleh US. Dept. of Education, Human Services Devision yang menyatakan bahwa hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking atau hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti/ide atau pemikiran.
Definisi ini secara jelas, lugas, dan gamblang sama sekali tidak menyebutkan hubungan antara kondisi hipnosis dan relaksasi fisik. Ternyata kondisi hipnosis adalah relaksasi pikiran atau mental. Dari sini saya akhirnya benar-benar tercerahkan.
Pencerahan lainnya saya dapatkan saat mempelajari tulisan seorang pakar hipnoterapi lainnya yang menghubungkan antara level kedalaman hipnosis/trance dengan efektivitas hasil terapi.
Pakar ini menyebutkan bahwa semakin dalam level hipnosis, saat terapi dilakukan, maka akan semakin efektif dan permanen hasil terapi. Bila terapi dilakukan pada level light trance maka efeknya hanya akan bertahan antara 2 jam hingga 2 hari. Bila dilakukan pada level medium trance efeknya bertahan antara 2 hingga 5 minggu. Sedangkan bila dilakukan pada deep trance maka efeknya permanen.
Pembaca, bagi anda yang awam dengan hipnosis atau hipnoterapi, jangan bingung dengan berbagai istilah level kedalaman trance yang saya sebutkan di atas. Di bawah ini saya akan menjelaskan secara lebih detil.
Pencerahan lain yang saya dapatkan adalah ternyata teknik induksi progressive relaxation, yang seharusnya lebih tepat disebut dengan fractional relaxation, justru merupakan teknik yang paling tidak efektif untuk membawa seseorang masuk kondisi deep trance. Dan teknik ini yang paling banyak digunakan di dalam dunia hipnosis/hipnoterapi.
Saya pun dulunya sangat sering menggunakan teknik ini. Namun saat ini saya sudah tidak pernah lagi menggunakannya. Kalaupun harus menggunakan progressive relaxation maka saya melakukan berbagai modifikasi untuk meningkatkan efektivitasnya.
Nah, pembaca, kembali ke pembahasan mengenai level kedalaman hipnosis. Untuk mudahnya begini. Kita tentukan dulu dua level yang menjadi batas atas dan bawah. Batas atas adalah kondisi saat kita sadar, kondisi saat kita berpikir dan fokus. Kita sadar sesadar-sadarnya apa yang kita rasakan, lakukan, alami, atau pikirkan. Batas ini dikenal dengan nama normal waking consciousness atau kesadaran bangun normal. Sedangkan yang menjadi batas bawah adalah kondisi saat kita “tidak sadar” atau saat kita tidur.
Sebenarnya kurang tepat bila kita mengatakan batas atas atau bawah. Mengapa? Karena orang bukan masuk lebih dalam ke dalam kondisi hipnosis. Mereka, lebih tepatnya, menjadi lebih sugestif. Namun untuk mudahnya kita sepakati menggunakan istilah ini.
Nah, di antara batas atas dan bawah terdapat begitu banyak level kesadaran “khusus” yang dikenal sebagai “altered state of consciousness” (ASC). ASC terdapat tidak hanya di antara dua batas ini tapi juga terdapat di bawah batas bawah dan juga di atas batas atas. Nah, bingung kan?
Biar tidak bingung maka saya akan menjelaskan beberapa skala kedalaman trance yang umumnya dikenal di dunia hipnoterapi. Salah satu skala kedalaman yang populer adalah skala Elman. Elman membagi level kedalaman hipnosis/trance menjadi 4 level yaitu light trance, medium trance, somnambulism, Esdaile, dan hypnosleep.
Masih menurut Elman, 2 level pertama yaitu light dan medium trance adalah level yang sama sekali tidak bermanfaat untuk terapi. Terapi hanya bisa dilakukan efektif pada level somnambulism. Sedangkan level Esdaile dan hypnosleep mempunyai manfaat terapeutik yang agak berbeda.
Skala lain yang awalnya diajarkan pada tahun 1940an dan masih banyak digunakan hingga saat ini adalah skala Harry Arons. Untuk lebih mudah memahami setiap level relaksasi pikiran maka saya akan menjelaskan fenomena yang menjadi ciri setiap level.
Harry Arons membagi level relaksasi mental menjadi 6 level. Persis di bawah batas atas, normal waking consciousness terdapat kondisi relaksasi yang dikenal dengan nama hypnoidal.
Ini adalah kondisi relaksasi yang paling mudah dicapai. Kondisinya mirip dengan orang yang sedang melamun. Salah satu ciri kondisi hypnoidal adalah eye catalepsy atau mata yang tidak bisa dibuka walaupun kita ingin membukanya.
Di bawah hypnoidal terdapat level light trance yang bercirikan kondisi sugestibilitas meningkat karena kelompok otot yang mengalami catalepsy menjadi meluas ke bagian tubuh yang lain.
Di bawah lagi ada level medium trance dengan ciri atau karakteristik berupa catalepsy pada kelompok otot besar yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bergerak, tidak bisa bangkit dari kursi, atau tidak bisa jalan. Pada level ini seseorang juga bisa mengalami aphasia atau kesulitan berbicara karena mendapat sugesti demikian.
Di bawah medium trance terdapat level threshold of somnambulism yang merupakan level kedalaman minimal untuk melakukan hipnoterapi yang efektif. Kedalaman ini minimal harus dicapai agar teknik advanced seperti hypno analysis, age regression, ego state therapy, dan forgiveness therapy dapat dilakukan secara efektif dan mudah. Ciri utama pada level ini adalah terjadinya amnesia (klien menjadi lupa sesuatu) dan analgesia (berkurangnya intensitas rasa sakit).
Di bawah lagi terdapat level full somnambulim. Pada level ini klien menjadi sangat sugestif dan bila diberikan suatu sugesti maka pengaruh sugesti akan bertahan (sangat) lama.
Kedalaman ini mutlak dibutuhkan untuk melakukan anestesi (untuk operasi dan melahirkan) atau untuk age regression. Level ini tidak cocok untuk teknik direct suggestion yang bertujuan melakukan perubahan perilaku seperti menghentikan kebiasaan merokok, atau menggigit jari. Satu ciri utama pada level ini adalah possitivie hallucination.
Level paling dalam pada skala Harry Arons adalah profound somnambulism. Level ini mencakup semua hal positif dari level full somnambulim dan ditambah dengan kemampuan negative hallucination.
Nah, apakah profound somnambulism adalah level paling dalam yang bisa dicapai seseorang?
Sudah tentu tidak. Justru level profound somnambulism ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih menarik dan dahsyat. Namun untuk kebutuhan terapi kita, hipnoterapis, hanya perlu membawa klien maksimal mencapai level ini.
Mengapa? Karena level kedalaman yang akan saya jelaskan berikut ini mempunyai manfaat yang berbeda.
Tepat di bawah profound somnambulism terdapat level Esdaile atau yang juga dikenal dengan hypnotic coma. Satu hal yang perlu dipahami yaitu kondisi hypnotic coma ini tidak sama dengan kondisi medical coma.
Kondisi Esdaile ini adalah kondisi di mana seseorang merasa begitu senang dan bahagia. Ini adalah kondisi euphoria. Orang yang masuk ke dalam kondisi ini biasanya tidak mau keluar dari kondisi ini karena begitu “enak” dan “nikmat”nya kondisi ini, semua masalahnya hilang, semua sempurna adanya. Jika seorang klien atau subjek masuk ke kondisi ini maka dibutuhkan keahlian khusus untuk bisa membawa klien keluar. Jika tidak, maka klien akan terus berada di level ini.
Level Esdaile tidak cocok untuk terapi karena pada kondisi ini pikiran kita tidak bisa menerima sugesti apapun. Level ini digunakan untuk total anestesia, untuk painless childbirthing atau melahirkan tanpa rasa sakit, stress management, dan bisa digunakan oleh dokter untuk membantu mengembalikan posisi tulang atau otot pasiennya, dengan cara mengurut bagian yang dislokasi, saat pasien berada di kondisi Esdaile.
Dari level profound somnambulism subjek/klien dapat dibawa turun ke level Esdaile dengan cepat dan mudah, hanya membutuhkan waktu sekitar 4 menit saja.
Di bawah level Esdaile terdapat level catatonic. Ini adalah kondisi di mana tubuh subjek atau klien menjadi plastis tapi kaku/terkunci, tanpa pemberian sugesti, dan bisa diposisikan pada posisi/postur tertentu dalam waktu yang lama dan postur itu sama sekali tidak akan berubah. Level ini tidak digunakan dalam terapi.
Lebih dalam lagi terdapat level hypnosleep. Level kedalaman ini pertama kali diungkapkan oleh Hyppolite Bernheim di bukunya yang mashyur “Hypnosis And Suggestion In Psychotherapy” yang ditulis pada tahun 1884.
Walaupun Bernheim mengungkapkan level hypnosleep ia tidak menjelaskan teknik untuk mencapai level ini. Dave Elman adalah hipnoterapis jenius yang menemukan teknik yang efektif untuk membawa seseorang masuk ke level ini dan melakukan terapinya.
Pada level hypnosleep semua filter mental yang ada di pikiran bawah sadar tidak bekerja. Sugesti apapun yang diberikan pada level ini akan diterima sepenuhnya oleh pikiran bawah sadar.
Level relaksasi pikiran paling dalam, hingga saat ini, yang bisa dicapai seseorang adalah level Sichort atau juga dikenal dengan nama ultra depth. Level ini ditemukan oleh Walter Sichort dan mempunyai manfaat yang berbeda dengan kondisi relaksasi mental di atasnya.
Saat seseorang berhasil mencapai level Sichort maka ia dapat membantu orang lain melalukan self healing melalui penggunaan teknik Mind-To- Mind Healing. Pada teknik ini terapi terjadi secara otomatis di antara dua pikiran bawah sadar. Terapis sama sekali tidak bisa mempengaruhi atau mengarahkan proses terapi. Terapi terjadi, diarahkan,dan dilakukan hanya oleh pikiran bawah sadar.
Nah, pembaca sejauh ini saya baru menceritakan berbagai level yang ada di bawah normal waking consciousness / NWC. Bagaimana dengan yang diatas NWC?
Sejauh ini, dalam dunia hipnoterapi, dan masih dalam tahap eksperimen, terdapat 3 (tiga) level di atas NWC yaitu level higher self consciousness, super consciousness, dan level ultra height.
Jujur saya belum bisa bercerita banyak mengenai ketiga level ini. Saat ini saya sendiri sedang mendalami dan melakukan eksplorasi pada ketiga level ini. Ketiga level ini mempunyai kelebihan yang luar biasa bila diterapkan pada konteks terapi dan spiritualitas.
Saya telah mempraktikkan membawa subjek ke level ultra height dan hasilnya sangat luar biasa. Level ini dapat membantu ekspansi dan peningkatan kesadaran/kecerdasan spiritual secara sangat cepat. Juga dapat digunakan untuk melakukan terapi fisik maupun mental namun dengan pendekatan yang sangat berbeda.
No comments:
Post a Comment